3 Jajanan Pasar Yogyakarta Masih Banyak Dicari

Bakpiaku.com-Yogyakarta dinobatkan sebagai kota kuliner dari yang kekinian sampai dengan tradisional tumpah ruah di sini.

Ngomong-ngomong soal makanan tradisional, jajanan pasar tempo dulu yang masih digandrungi masyarakat seperti Klepon, Nasi Tiwul, Lupis hingga aneka jenang. Masih bisa ditemukan sebagai obat kangen bagi generasi yang pernah melewati masa kecil.

Berikut jajanan pasar yang masih bisa kamu temui di Yogyakarta.

Klepon

Klepon terbuat dari tepung beras ketan yang diberi pewarna hijau atau putih. Kemudian isi klepon dengan gula merah lalu dibentuk bulat seperti bola-bola kecil. Setelah itu adonan direbus dalam air mendidih.

Kuliner nusantara ini memiliki tekstur yang sangat lembut dengan perpaduan manis gula merah dan ditambah lagi parutan kelapa di atas nya.

Ada sensasi menarik saat mengunyahnya. Klepon akan meletup-letup di mulut karena gula merah yang cair di dalamnya akan meleleh ketika digigit.

Umumnya, Klepon berwarna hijau didapatkan dari bahan pewarna daun suji atau daun pandan. Ada juga klepon warna ungu terbuat dari ubu ungu.

Salah satu penjual kue Klepon di Yogyakarta adalah Klepon Bagyo yang mangkal di Pasar Kolombo yogyakarta. Harga kleponnya berpariasi mulai dari Rp. 5000-10000 rupiah satu porsi.


Lupis Mbah Satinem


Sebagian besar pencintanya rela antri dan berjubel demi membeli cemilan bertabur kelapa parut dan dibungkus daun pisang milik Mbah Satinem yang berlokasi di di depan ruko di Jl. Bumijo, kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.


Mbah Satinem berjualan aneka jajanan tradisional tak hanya lupis, ada gatot, tiwul, hingga cenil. Harga per porsi hanya Rp. 5.000. Walau lapak berjualan Mbah Satinem di pinggir jalan, tetapi pelanggannya begitu banyak. Tak heran, dagangan Mbah Satinem yang buka sekitar jam 05.00 pagi tidak pernah sepi, bahkan nomor antri sudah habis pun pembeli masih mencoba mencari keberuntungan barangkali masih ada lupis tersisa.

Nasi Tiwul Mbah Hadi


Olahan dari singkong kering yang kemudian ditumbuk kasar, sehingga setelah direbus akan berbentuk seperti nasi disebut Nasi Tiwul. Di awal kemunculannya, Nasi Tiwul tidak memiliki rasa alias tawar. Namun, kini semakin berkembang zaman, kuliner ini lantas diberi perasa agar menambah kelezatan. Seperti gula pasir, gula jawa, cokelat, hingga keju.

Di Yogyakarta salah satu penjual Nasi Tiwul yang cukup terkenal adalah Mbah Hadi.
Sejak tahun 1975 sampai sekarang, rasanya tidak pernah berubah. Olahan tiwul sangat pulen dengan warna coklat khasnya. Tak heran jika masih banyak diburu pelanggan.

Harganya pun terjangkau, yaitu mulai dari Rp3.000. Nasi Tiwul Mbah Hadi buka sejak pukul 16.30 – 20.00 WIB di utara Tugu Yogyakarta, tepatnya di depan Gereja St Albertus Magnus Jetis Harjo.

Share to: