Candi Banyunibo : Pesona Penyendiri Si Sebatang Kara
Sebenarnya, tak hanya Candi Banyunibo yang berdiri sendiri. Entah karena memang seperti itu peruntukannya, proses rekonstruksi yang belum tuntas sepenuhnya melalui pemugaran, hingga perwara yang runtuh. Beberapa candi lain yang juga memiliki kondisi nyaris serupa misalnya Candi Kalasan, Candi Sari, hingga Candi Sambisari. Tetapi, Candi Banyunibo adalah candi yang memiliki julukan “Si Sebatang Kara”, bukan untuk menghiburnya, Bakpiaku datang memang untuk melihat kemegahannya yang jarang diketahui wisatawan.
Alamat, Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk
Ketika pertama kali memarkirkan kendaraan, Bakpiaku kagum dengan susunan batu yang berdiri sangat terawat ini. Terletak di pemukiman, tepatnya di Kawasan Wisata Candi Banyunibo, Cepit, Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Lihat Lokasi Maps). Memiliki jam operasional yakni setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB.
Bangunan bersejarah ini mengharap Barat, persis di depannya adalah lahan pertanian yang masih dikelola dengan baik oleh petani-petani lokal. Tenang saja, Bakpiaku akan menjamin dalam tulisan berikutnya Anda akan tertarik bahkan mengadakan agenda di lokasi ini, penasaran dengan alasannya?
Memasuki bagian dalam candi, papan informasi mengenai tiket masuk dapat dibaca dengan mandiri. Untuk wisatawan domestik Anda cukup membayar Rp.6.000 dan Rp.15.000 untuk mancanegara.
Kecantikan Taman Bunga Candi Banyunibo!
Tidak bohong, taman di sini sangat cantik! Bahkan berbeda bila dibandingkan dengan candi lain yang terkenal megah dan besar. Mungkin memang dikarenakan luasnya yang berbeda jauh, lebih kecil, lebih fokus untuk perawatannya.
Di sini, Anda dapat melihat banyak kupu-kupu dan capung yang beterbangan, tahu tandanya apa? Capung menandakan bahwa lokasi sekitar memiliki kualitas air yang bagus. Bakpiaku beruntung bisa menangkap hewan hasil metamorfosa ulat tersebut ketika aktif terbang ke sana ke mari. Tentu, adanya kupu-kupu juga menunjukkan bahwa tempat tersebut dikelilingi tanaman yang subur, tak terkecuali bunga.
Pemugaran Selama 20 Tahun
Candi ini dulunya ditemukan pada tahun 1940 dalam keadaan sudah runtuh, kemudian penelitian dilakukan pada 1942 hingga pemugaran selesai di tahun 1962. Walau sudah dipugar dan direkonstruksi dalam waktu yang lama, candi perwara yang mengelilinginya sejumlah 6 masih berbentuk bongkahan atau potongan tak tersusun.
“Kan kalau mau dibangun ulang, peneliti itu harus mencari dan mencocokkan satu persatu mbak batunya. Kalau misalnya salah satu atau di tengahnya hilang peneliti mau buat replikanya ya harus dipahat satu-satu, begitu. Lama juga mbak itu prosesnya, gak mesti langsung ketemu, karna ada buanyak to” jelas petugas keamanan yang Bakpiaku coba tanya mengenai proses pemeliharaan di Candi Banyunibo.
Saat berdiri di halamannya, Bakpiaku merasa kecil dengan bangunan yang kokoh berdiri setelah proses pemugaran memakan waktu 20 tahun lamanya. Tak lama mengelilingi sebentar keempat sisi candi, Bakpiaku mulai memasuki bagian dalam candi. Tidak ditemukan lingga dan yoni, batu yang dipahat dan dilambangkan sebagai Dewa Siwa yang merupakan dewa tertinggi dalam agama Hindu, artinya Candi Banyunibo memiliki corak Buddha. Bagian lain yang menandai bahwa candi ini bercorak Buddha adalah bagian atasnya yang memiliki stupa.
Bagian Dalam Candi yang Kaya Akan Relief
Lalu, apa yang ada di dalam candi? Terdapat ruangan yang digunakan sebagai tempat ibadah. Selain itu, di bagian pintu masuk Bakpiaku menemukan relief-relief yang diinterpretasikan sebagai maksud pembuatan candi ini sendiri.
Berada di tanah yang kaya akan potensi lahan pertanian, bagian Selatan di pintu masuk ini terdapat relief yang menggambarkan seorang wanita yang dikerumuni anak-anak, sedangkan di Utara terdapat seorang pria sedang duduk. Wanita tersebut digambarkan sebagai Dewi Hariti yakni Dewi Kesuburan.
Sedangkan di sisi kaki-kaki candi terdapat panel yang berisi hiasan berupa wortel, siput, pinggan, dan lampu duduk. Tentu Anda dapat menginterpretasikan lebih dalam mengenai kaitan-kaitan yang sangat mungkin saling terhubung.
Ada banyak jendela-jendela yang terdapat di dalamnya, memperluas angin yang masuk. Bakpiaku berdiam diri di dalam selama beberapa menit, yang ada hanya hening, tenang, dan suara-suara hewan beterbangan seperti lebah yang sesekali masuk dan naik ke langit-langit candi.
Meski perjalanan yang dapat ditapaki tak seluas Prambanan, Bakpiaku duduk dan menatap beberapa perwara yang dikumpulkan di kiri dan belakang candi serta patung-patung yang disimpan di bagian taman atas. Patung yang berbentuk hewan adalah sapi dan singa.
Informasi di luar candi yang Bakpiaku janjikan untuk dapat Anda jadikan tempat mengadakan acara dengan pemandangan candi yakni adanya BUMKal yang dikelola secara mandiri oleh Desa Cepit sendiri untuk masyarakat umum. Terdapat banyak joglo-joglo yang dapat Anda duduki untuk menepi atau bermain di sekitar lapangan candi.
Bila Anda ingin melakukan kegiatan seperti kegiatan sekolah, acara keluarga, kemah budaya, hingga pernikahan dengan tema outdoor, aksesnya sangat mudah. Informasi mengenai paket, ketentuan, biaya, hingga layanan lebih yang dapat disediakan bisa Anda jumpai di kantornya yang berada di lapangan Candi Banyunibo atau menuju ke kelurahan.
Jangan khawatir, fasilitas di sini sangat lengkap mulai dari mushola, rumah joglo, kamar mandi, kedai, hingga jajanan yang dijajakan oleh warga lokal di sekitar lapangan. Bila Anda datang sebagai umum yang ingin menikmati suasana sore dengan pemandangan candi, tidak ada retribusi apa pun.
Lokasi ini juga masih sangat dekat dengan Ratu Boko dan Tebing Breksi bahkan menjadi rute keliling dengan jeep dari paket wisata Tebing Breksi, siap memperkaya pengetahuan dari Si Sebatang Kara?