Dahulu Dikenal Gurih, Menyibak Asal-usul Wedang Tahu

Bakpiaku.com – Wedang tahu merupakan salah satu minuman tradisional yang jamak ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya Semarang, Solo dan Yogyakarta.

Minuman hangat yang nikmat disantap kala cuaca dingin ini diolah menggunakan bahan dasar seperti air kedelai, air agar-agar, gula dan garam. 

Keempat bahan tersebut kemudian dimasak bersama menjadi kembang tahu. Item utama dalam minuman hangat itu kemudian disiram kuah jahe yang terbuat dari campuran jahe, gula merah, gula pasir, garam, daun pandan, daun jeruk, kayu manis, dan cengkeh. 

Cita rasa kembang tahu yang unik dan teksturnya yang lembut berkelindan dengan manisnya kuah jahe yang memberikan sensasi tersendiri tatkala kita menikmatinya.

Bagi yang pernah mencicipi wedang ronde, wedang tahu sejatinya memiliki cita rasa yang nyaris serupa. Namun yang membedakannya yakni isian kembang tahunya yang khas.

Di kota asalnya, Semarang, tak sulit menemukan gerobak wedang tahu berjualan di berbagai sudut kaki lima. Namun tahukah kamu, jauh sebelum populer di Jawa Tengah, minuman ini dibawa langsung oleh pedagang Tiongkok yang merantau ke Indonesia?

Asal-usul wedang tahu

Beberapa sejarawan meyakini wedang tahu dibawa oleh imigran Tiongkok bernama Ong Kiem Nio yang mendiami Semarang sekitar abad ke-19. 

Sebelum dijajakan menggunakan gerobak seperti yang dikenal hari ini, wedang tahu dijajakan dengan cara dipikul.

Selain cara berjualannya juga berbeda, sajiannya juga tidak sesederhana sekarang. Dahulu, semangkuk wedang tahu berisikan kuah jahe, rebon udang, kecap asin, irisan sayur, daun bawang dan ketumbar. Berbeda dengan wedang tahu hari ini yang dikenal berisi kembang tahu dan kuah jahe.

Bahkan dahulu wedang tahu dimakan sembari menyantap bakpao dan cakwe.

Lantas zaman berganti, pun wedang tahu yang mulanya bercita rasa gurih kemudian memiliki rasa manis. Sari kacang kedelai diganti dengan campuran susu kedelai dan agar-agar. Sedangkan kuahnya yang terbuat dari rebusan jahe dan gula merah, ditambahkan daun pandan, daun jeruk, kayu manis dan cengkeh sehingga lebih harum dan menggoda.

Semua tak lepas dari proses akulturasi demi menyesuaikan dengan lidah masyarakat Semarang saat itu. Terbukti, wedang tahu masih bertahan dan tetap dicari warga Semarang. Bahkan kelezatan wedang tahu menjamah kota lain di luar Jawa Tengah.

Di setiap daerah, minuman hangat ini kemudian memiliki nama khas tersendiri. Seperti di Solo misalnya, wedang tahu disebut sebagai tahoek. Sementara di Jawa Timur, wedang tahu akrab dikenal sebagai tahuwa.

Lain pula di Kalimantan Barat, di daerah ini wedang tahu populer dikenal sebagai bubur tahu. Sementara di Bangka Belitung dan Sumatera Selatan wedang tahu lebih dikenal sebagai kembang tahu.

Terlepas dari perbedaan nama tersebut, minuman berkhasiat ini sama-sama selalu dicari tatkala cuaca dingin merambat. [AP]

Share to: