Deretan Kuliner dengan Nama Nyeleneh di Indonesia

Bakpiaku.com – Sejumlah kuliner dikenal karena cita rasanya yang lezat, namun berbeda halnya dengan deretan menu makanan ini. Aneka kuliner dengan nama nyeleneh ini mudah membuat dahi siapapun berkerut sebab memiliki nama unik yang diasosiasikan dengan bagian tubuh sekitar organ vital manusia. 

Dari tolpit hingga Es Dawet Jembut Kecabut, berikut tiga kuliner dengan nama nyeleneh di Indonesia versi Bakpiaku.com.

Tolpit

Jajanan khas Bantul, Yogyakarta ini bernama tolpit alias kontol gejepit. Dinamakan demikian, sebab penampakan kue tradisional yang diolah menggunakan tepung beras dan gula Jawa ini serupa alat kelamin pria.

Sekilas, bentuk tolpit juga mengingatkan kita pada kue cucur. Tolpit yang juga dikenal sebagai adrem ini konon memiliki nama unik sebab orang-orang Yogyakarta tempo dulu gemar guyonan dengan membubuhi hal unik pada makanan dan benda tertentu. 

Hari ini, tolpit masih dapat ditemukan dijajakan di Pasar Bantul.

Es Dawet Jembut Kecabut

Kendati papan nama gerai ini dengan jelas terpampang bertuliskan Dawet Hitam Asli Pak Wagiman Butuh, namun semua pelanggannya kadung menjuluki jajanan wajib di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini dengan sebutan Es Dawet Jembut Kecabut.

Kuliner dengan nama nyeleneh ini dinamakan demikian lantaran lokasinya berada tepat di sebelah timur Jembut (Jembatan Butuh) di kawasan Kecabut (Kecamatan Butuh).

Disajikan turun-temurun sejak tahun 1950-an, Es Dawet Jembut Kecabut diolah menggunakan bahan alami tanpa pewarna buatan sama sekali. Warna hitam dawetnya merupakan pewarna alami yang diolah dari jerami padi yang dibakar terlebih dahulu lantas abunya dihaluskan dan disaring.

Sementara cendol dalam dawetnya terbuat dari tepung pati gelang yang direbus, sembari diaduk hingga adonan mengental.

Seporsinya dibanderol murah saja sekitar Rp 4000.

Memek

Beralih ke Pulau Sumatera, tepatnya di ujung barat Kabupaten Simeulue, Aceh, terdapat makanan dengan nama unik bernama memek. Kuliner dengan nama nyeleneh ini dalam bahasa setempat bermakna “mengunyah”, bukan alat kelamin wanita seperti lazimnya dikenal.

Penamaan tersebut tidak lepas dari tekstur memek yang cukup alot, sehingga membuatmu wajib bersabar tatkala mengunyahnya.

Terbuat dari olahan beras ketan yang dikeringkan dan disangrai hingga meletus, memek umumnya disajikan sebagai bubur dan diolah kembali bersama campuran pisang, santan, dan gula.

Kuliner ini umumnya disajikan sebagai menu jamuan wajib menyambut tamu penting maupun tokoh publik tertentu yang menyambangi Simeulue. Selain itu, memek juga kerap disajikan sebagai menu takjil di bulan Ramadan. 

Saat bulan Ramadhan, tidak sulit menemukan memek dijajakan di pinggir jalanan Aceh jelang waktu berbuka tiba dan dijajakan murah sekitar Rp 5.000 saja.

Karena keistimewaannya, pada pertengahan Agustus 2019 silam, kuliner dengan nama nyeleneh ini dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. [AP]

Share to: