Kuliner Ekstrem Gunungkidul Mulai dari Ulat hingga Uret
Gunungkidul dikenal sebagai wilayah dengan wisata pantai yang cantik dan berombak cukup tenang. Siapa sangka, ternyata kearifan lokalnya memanfaatkan banyak hewan hingga hama untuk dijadikan konsumsi sehari-hari. Belalang goreng? Sudah biasa! Mari lihat variasi kuliner ekstrem lainnya berikut ini!
Jika provinsi yang ada di timur Indonesia memiliki ulah sagu sebagai bahan pangan yang tinggi protein dan tumbuh di pohon sagu hamper busuk. Gunungkidul memiliki beberapa alasan mengapa mengonsumsi hewan yang tak umum diolah. Selain dikarenakan krisis pangan yang sempat melanda, daerah yang tinggi dengan profesi petani dan pekebun ini harus menghadapi hama yang kerap menyerang tanaman mereka. Karenanya, lahirnya olahan-olahan ini tak lepas dari alasan bidang sosial ekonomi maupun budaya.
Ulat jedung
Hewan ini kerap hidup di pohon mahoni dan memiliki tubuh gemuk seperti kepompong dengan bulu halus di tubuhnya. Salah satu wilayah lain yang juga mengolah ulat ini sebagai lauk pendamping nasi adalah Blora, Jawa Timur. Rasanya gurih dan kenyal, terlebih bila dibumbui dengan rempah-rempah segar.
Mencari ulat ini tak terlalu sulit karena hanya membutuhkan wadah untuk menampung tangkapan. Hanya saja mata harus teliti karena warnanya yang menyerupai daun dan terbungkus di dalam kepompong pada sela-sela daun. Di Gunungkidul sendiri mencari ulat jedung umum dilakukan untuk mata pencaharian sampingan warga sekitar.
Ungkrung jati
Ungkrung merupakan sebutan lokal warga Gunungkidul yang menyebut hasil metamorphosis ulat pohon menjadi kepompong. Ungkrung jati biasa hidup di pohon jati dengan bentuk yang sedikit mirip dengan ulat jedung sebelumnya hanya saja jauh lebih kecil dan tak berbulu.
Hewan ini sendiri merupakan hama yang kerap menyerang tanaman jati muda hingga mati. Karenanya hama ini sangat tak disukai namun dinanti untuk diolah. Walau banyak yang merasa takut dan jijik mengonsumsinya, nyatanya kuliner ini adalah yang dinanti-nanti ketika ulat yang datang banyak bergelantungan di pohon.
Rasanya sendiri gurih dan nikmat, terlebih jika dijadikan masakan seperti lodeh hingga rica-rica. Bagi Anda yang tertantang dan pertama kali mencicipinya, disarankan jangan terlalu banyak dikarenakan hewan yang satu ini dapat memicu alergi.
Ungkrung besi
Masih sama dengan jenis sebelumnya, namun ungkrung besi merupakan hewan yang hidup di tanaman pohon besi. Berwarna hijau dan sekilas terlihat seperti belalang hijau yang kecil. Namun, saat ditemukan hewan ini akan menempel pada daun-daun. Dalam satu daun bisa terdapat 4-6 ungkrung besi atau kepompong besi.
Bisa dijadikan lauk dengan bumbu bacem atau digoreng kering dengan bumbu asin sebagai camilan. Jangan salah karena hewan ini memiliki harga jual yang dapat mencapai Rp.130.000/kilo dengan kondisi basah. Menarik bukan?
Puthul
Terakhir, adalah hewan yang bentuknya seperti hewan kumbang dan kerap muncul saat musim hujan. Puthul ini kerap dimusuhi karena merusak tanaman padi milik petani, tak heran perburuannya dimaksudkan juga untuk mengendalikan populasinya yang bertumbuh cepat. Bahkan hewan ini dapat merusak sejak padi masih proses berakar.
Dengan fase pertumbuhan mulai dari telur, larva (uret), hingga menjadi kumbang, pemanfaatan hewan ini dapat dimulai sejak tahap menjadi uret. Walau terlihat menggelikan, banyak warga yang memasaknya dalam bentuk bumbu bacem atau dijadikan camilan gurih seperti kacang. Anda berani mencobanya?