Menyeruput Hangatnya Wedang Tahu Bu Kardi

Bakpiaku.com – Bagi kamu penggemar wedang tahu di Yogyakarta, wajib mencicipi kelezatan Wedang Tahu Bu Kardi. 

Gerai wedang tahu satu ini bertempat di sekitar Pasar Kranggan, tepatnya di Jl. Kranggan No.75, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta.

Lebih kurang sepuluh tahun sudah Sukardi, sang empu menjajakan minuman hangat khas Semarang ini. Biasanya ia berjualan sejak pukul 06.30 hingga 11.00 WIB nyaris setiap hari.

Seperti wedang tahu pada umumnya, Sukardi menyajikan wedang tahu yang terdiri dari kembang tahu dan kuah jahe. Ia pun mengolah bahan-bahannya secara mandiri saban pukul 03.00 dini hari.

Kembang tahu diolah Sukardi menggunakan bahan dasar seperti air kedelai, air agar-agar, gula dan garam. Sejak kedelai lokal sulit dicari, ia kini beralih menggunakan kedelai impor.

Sementara kuah jahe diolah Sukardi menggunakan jahe, gula merah, gula pasir, garam, daun pandan, daun jeruk, kayu manis, dan cengkeh. Ia pun tidak menggunakan pemanis buatan sama sekali. Sehingga dapat kita rasakan sensasi hangat alami aneka rempah di dalam kuah jahe olahan Bu Kardi nan melegakan tenggorokan dan dada seketika menyeruputnya.

Saat disantap, kamu akan merasakan perpaduan lembutnya kembang tahu dengan hangat dan segarnya kuah jahe olahan Bu Kardi.

Harga dan lokasi Wedang Tahu Bu Kardi 

Wedang Tahu Bu Kardi

Seporsi wedang tahu Bu Kardi dibanderol sekitar Rp 7.000. Selain di Jl. Kranggan No.75, Cokrodiningratan, Jetis, Bu Kardi juga membuka cabang lainnya di sekitar Mirota Godean dan daerah Umbulharjo.

Berbeda dengan gerainya di sekitar Pasar Kranggan. Kedua gerai wedang tahu Bu Kardi lainnya beroperasi pukul 16.00-21.00 WIB.

Tips menikmati Wedang Tahu Bu Kardi

Bagi yang pertama kali menikmati wedang tahu, tak jarang kaget dan tak siap dengan rasa khas kembang tahunya. Untuk menghindari kondisi tersebut, kamu dapat menikmati wedang tahu dengan langsung menelan kembang tahu yang diseruput bersama kuah jahe nan hangat.

Minuman hangat ini kian optimal diminum tatkala cuaca dingin dan tubuh tengah membutuhkan asupan rempah. Sebab khasiat wedang tahu salah satunya menghangatkan tubuh dan mengobati masuk angin.

Sekilas sejarah wedang tahu

Beberapa sejarawan meyakini wedang tahu dibawa oleh imigran Tiongkok bernama Ong Kiem Nio yang mendiami Semarang sekitar abad ke-19. 

Sebelum dijajakan menggunakan gerobak seperti yang dikenal hari ini, wedang tahu dijajakan dengan cara dipikul.

Selain cara berjualannya juga berbeda, sajiannya juga tidak sesederhana sekarang. Dahulu, semangkuk wedang tahu berisikan kuah jahe, rebon udang, kecap asin, irisan sayur, daun bawang dan ketumbar. Berbeda dengan wedang tahu hari ini yang dikenal berisi kembang tahu dan kuah jahe.

Bahkan dahulu wedang tahu dimakan sembari menyantap bakpao dan cakwe.

Lantas zaman berganti, pun wedang tahu yang mulanya bercita rasa gurih kemudian memiliki rasa manis. Sari kacang kedelai diganti dengan campuran susu kedelai dan agar-agar. Sedangkan kuahnya yang terbuat dari rebusan jahe dan gula merah, ditambahkan daun pandan, daun jeruk, kayu manis dan cengkeh sehingga lebih harum dan menggoda.

Semua tak lepas dari proses akulturasi demi menyesuaikan dengan lidah masyarakat Semarang saat itu. Terbukti, wedang tahu masih bertahan dan tetap dicari warga Semarang. Bahkan kelezatan wedang tahu menjamah kota lain di luar Jawa Tengah. Salah satunya Yogyakarta. [AP]

Share to: