Mencari Mbah Ponirah Sang Peracik Dawet Sambel
“Setiap ada yang datang ke sini, mencari dawet, itu yang membuat mbah terus semangat berjualan dawet sambal” papar Mbah Ponirah yang sudah Bakpiaku terjemahkan dari Bahasa Jawa. Pagi hari, kendaraan sudah disiapkan dari Godean menuju Kulon Progo. Ya, Bakpiaku akan mencari Mbah Ponirah dan dawet sambelnya yang legendaris.
Selama mempersiapkan perjalanan, clue menemukan Mbah Ponirah sangat minim. Hanya ada 2 informasi yakni Pasar Cublak dan Jatimulyo, itu saja. Menyelami banyak artikel di internet tak memberi jawaban apa pun terkait kontak dan alamat pasti.
“Sudahlah, nanti tanya saja ya sama pedagang pasar lainnya?” pertanyaan yang juga perintah halus ini disetujui oleh videografer. Bakpiaku kemudian memacu kendaraan pukul 07.30 WIB melalui Jalan Godean. Memerlukan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di Pasar Cublak, sesampainya di sana Mbah Ponirah sudah pulang dari pasar.
Bertanya Kediaman Mbah Ponirah
Perjalanan menempuh Pasar Cublak bukanlah hal mudah dengan pengalaman yang tidak biasa menghadapi medan Kulon Progo bertanjakan curam. Dan, Mbah Ponirah ternyata sudah pulang sejak pukul 07.00 WIB. “Permisi bu, biasanya Mbah Ponirah mulai berjualan pukul berapa?” tanya Bakpiaku, “06.00 WIB sudah di pasar biasanya mbak” jawab salah satu perempuan paruh baya yang juga menggelar lapak di depan sekolah dasar, samping Pasar Cublak.
Artinya, Mbah Ponirah hanya berjualan 1 jam saja, itu pun tidak setiap hari alias hanya Rabu dan Sabtu. Karena tak ingin menyia-nyiakan perjalanan panjang dengan tanjakan yang menguras tenaga di pergelangan tangan, Bakpiaku berinisiatif untuk menanyakan kediaman Mbah Ponirah.
“Lurus terus saja mbak, nanti ketemu pertigaan di jalan besar, kanan jalan ada bacaan dawet” kedua kalinya informan paruh baya memberi petunjuk. Tanpa berlama-lama kemudian perjalanan dilanjutkan untuk menemui Mbah Ponirah, berharap ada sisa-sisa dawet yang dapat dibawa pulang barangkali satu porsi.
Dijamu Seperti Tamu
“Itu tulisannya! Masuk 10 meter lagi!” kegembiraan itu datang begitu saja, semoga dawet sambel masih ada. Dengan jalan setapak yang perlahan dilalui dengan motor, sampailah di sebuah rumah dengan halaman rumput hijau bak tikar. Ini dia rumah Mbah Ponirah!
Pintu diketuk, lalu disambut dengan suami Mbah Ponirah yang sedang duduk di ruang tamu, Bakpiaku mengucap salam dan menjelaskan tujuan kedatangan. “Permisi mbah, kami mau beli dawet sambel. Tadi ke Pasar Cublak katanya mbah sudah pulang dari pagi. Apa masih ada dawet sambelnya mbah?” tanya Bakpiaku. Mendengar jawaban Mbah Ponirah, senyum sumringah dan perasaan senang muncul, pertanda dawet sambel masih ada!
Sembari menunggu kecambah direbus, Mas Andri yang merupakan putera tuan rumah mempersilakan kami duduk dan disuguhi teh manis. Tentulah saat itu rasanya bingung, karena kedatangan ditujukan untuk membeli dan membungkus dawet sambel namun disambut seperti tamu istimewa.
Dawet Sambel
Di depan pendopo kayu yang terbuat dari karya mahasiswa KKN di dusun tersebut, Mbah Ponirah mengajak Bakpiaku berbincang. Singkatnya, beliau menceritakan bagaimana dawet ini menjadi banyak disukai karena ia menambahkan kecambah, bawang goreng, serta tahu goreng dari yang dulunya disebut dawet pecel tanpa ketiga kondimen tersebut. Tambahan kondimen tadi juga diminta oleh salah satu pelanggannya di pasar, berkreasilah sosok perempuan yang saat ini kurang lebih hampir 80 tahun itu. Hasilnya? Disukai!
Dalam satu wadah Bakpiaku mendapati dawet yang terbuat dari pati, bawang goreng, tahu goreng, kecambah, sambal, dan nira. Pertanyaan kemudian berlanjut, apakah ini tergolong pencuci mulut atau makanan utama? Mbah Ponirah juga tertawa menjawabnya, sebab ia pun bingung dikategorikan apa makanan buatannya.
Lupakan, karena apa pun sebutan yang disematkan, kuliner ini benar-benar unik. Menikmatinya dengan kesempatan berbincang lebih dekat dengan peraciknya tak boleh disia-siakan. Harga dari dawet sambel ini hanya Rp.5.000 saja, Mbah Ponirah juga menerima pesanan untuk keperluan syukuran hingga hajatan dibantu dengan puteranya. Anda ingin mencoba mengundang beliau memberikan pengalaman spesial pada tamu atau keluarga?