Gamelan Dan Sekaten Untuk Penyebaran Agama Islam

Gamelan dan sekaten memiliki peran besar dalam terbentuknya masyarakat mayoritas Islam di Indonesia, khususnya Jawa. Sekaten merupakan penyebutan dari syahadatain yang artinya “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”. Awalnya, sekaten adalah media penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Kerajaan Demak.

Gamelan dan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan pertama yang bercorak islam dan didirikan oleh Raden Patah sekitar abad ke-15. Berkeinginan memperluas ajaran Islam, namun terhalang oleh budaya dan kehidupan sosial di jaman tersebut yang masih kental dengan pengaruh Hindu-Buddha sebelumnya. Di lain sisi, masyarakat sekitar menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni, salah satunya gamelan.

Misi untuk menyebarluaskan budaya dan ajaran Islam, mendorong Kerajaan Demak mengadopsi gamelan sebagai media untuk tujuannya. Dengan memainkan gamelan, dapat dipastikan bahwa akan banyak masyarakat yang datang untuk menyaksikan.

Proses menabuh gamelan dilakukan di area masjid untuk menarik massa. Adapun, ketertarikan pada musik dan seni ini membawa keputusan masyarakat untuk masuk sebagai pemeluk agama Islam. Kemudian menuntun mereka melafalkan syahadat atau syahadatain.

Gamelan di Yogyakarta

Di Yogyakarta sendiri, berdasarkan cerita masyarakat, gamelan Sekaten dibuat pertama kali di tahun 1593 sampai 1646. Karena sakral, hingga hari ini satu set gamelan Sekaten hanya akan ditampilkan dan dimainkan pada acara khusus Sekaten saja.

Urutan Upacara Sekaten sendiri terdiri dari 5 rangkaian.  Di antaranya yaitu, tahap persiapan, tahap gamelan sekaten mulai dibunyikan, tahap gamelan sekaten dipindahkan ke halaman masjid besar, tahap Sri Sultan hadir di Masjid Besar, dan tahap kondur gongsa. Adapun rangkaian kegiatan ini dilakukan selama 1 minggu atau 7 hari.

Saat gamelan dimainkan, alunannya yang menenangkan memiliki daya tarik dan ciri khasnya sendiri. Bila gamelan Jawa berciri bersuara bening dan lembut. Berbeda dari gamelan Bali yang memiliki tempo cepat, sedangkan gamelan Sunda didominasi seruling dan nada yang mendayu-dayu.

Gamelan Dalam Hiburan

Gamelan kini menjadi pengiring tari hingga pentas seperti kethoprak atau dagelan, baik untuk komersil maupun hiburan malam oleh rakyat. Di dalam satu set gamelan, terdapat 12 alat music yang saling menyatukan dan mengisi satu sama lain. Diantaranya ada bonang, rebab, balungan, kendang, kenong, kempyang, gambang, siter, kempu, gong, gender, hingga slenthem.

gamelan dan sekaten
Gamelan di keraton

Setiap alat musik memiliki perannya sendiri, seperti mengisi nada rendah hingga nada tinggi. Sehingga perlu diperhatikan kelengkapannya, bila terdapat posisi alat yang kosong maka akan sangat memengaruhi penampilan dan hasil dari memainkan gamelan.

Beberapa hal yang dapat ditimbulkan bila set alat gamelan tidak lengkap adalah kurang terisinya warna suara, mengubah struktur lagu, hingga terganggunya keseimbangan untuk pemusik gamelan yang lain. Walaupun di saat mendesak dapat diganti dengan alat yang memiliki fungsi serupa atau hampir mirip. Tindakan lain yang dapat diatasi jika alat gamelan tidak lengkap, seperti mengubah lagu misalnya, namun hal ini tidak dianjurkan karena gamelan sejatinya memiliki makna, peran, dan filosofi dari masing-masing alat musik.

Dari sekian banyak bagian dalam gamelan, sudahkah Anda mencoba memainkan salah satunya?

Share to: