Mengenal Batu Padas : Pondasi Kuatnya Candi

Bakpiaku – Bila kita mengunjungi sebuah candi peninggalan di masa lalu pastilah pondasi yang digunakan adalah batu. Tapi, tahukah Anda kalau batuan yang digunakan kuat sehingga masih dapat kokoh hingga hari ini bernama batu padas? Candi Sambisari hingga Candi Prambanan adalah contoh bangunan keagamaan berbahan dasar batu yang sama.

Proses Batuan Sedimen

Batuan ini banyak digunakan untuk bahan bangunan, selain dinding, batu ini juga dapat digunakan untuk lantai hingga produk seni kerajinan. Jenis batu yang termasuk dalam batuan sedimentasi ini terbentuk jutaan tahun lamanya. Endapan lumpur, pasir, dan lanau (beberapa pustaka menyebut ini debu) bersatu membentuk batuan sedimentasi. Proses sedimentasi terdiri dari dua proses yakni kompaksi dan sementasi.

Kompaksi atau pemadatan sendiri merupakan lapisan sedimen yang menumpuk, sehingga saat makin tebal maka membuat lapisan yang berada di bawahnya tertekan atau memadat. Sedangkan sementasi merupakan mineral-mineral yang larut di air kemudian mengisi ruang yang kosong antara berbagai partikel yang tertumpuk. Jadilah larutan mineral ini mengikat keseluruhan komponen menjadi sebuah kesatuan yang solid, inilah yang kita kenal dengan batuan sedimen.

Jenis batu yang terjadi karena pengendapan ini tak hanya batu padas saja, mulai dari batu pasir, gamping, hingga breksi. Dari beragam tipe bongkahan endapan tersebut, masing-masing memiliki karakter keras dan lembutnya masing-masing. Batu padas sendiri cukup keras walau tak sekeras batuan beku seperti marmer, namun lebih keras dibandingkan granit.

Kekuatan dan estetika dari batu padas yang digunakan sebagai bahan utama pembangunan candi ternyata memiliki fungsi lain sebagai peredam getaran saat terjadi gempa dan memiliki ketahanan yang cukup ekstrem terhadap cuaca. Oleh karena itu, pemilihan batu padas di jaman dulu ternyata dipertimbangkan atas banyak hal.

Pemanfaatan Batu Padas

Sambisari
Candi Sambisari

Pemanfaatan batu padas juga tak hanya sebagai bahan bangunan, seni pahat untuk memproduksi patung turut dikembangkan. Di candi, umum ditemukan patung yang dibuat sepasang pada pintu masuk, hingga yang terdapat di bagian dalam atau sekitarnya. Baik patung, dinding, hingga lantai yang terbuat dari batu padas terjaga ketahanannya, ternyata ada beberapa cara merawatnya.

Bila di rumah Anda terdapat patung yang terbuat dari batuan ini, Anda bisa belajar merawatnya dengan baik melalui ilmu konservasi yang umum dilakukan di museum. Terdapat dua jenis pembersihan atau perawatan, yakni pembersihan kering dan basah.

Konservasi Candi dan Patung

Berdasarkan konservasi yang dilakukan Candi Prambanan, yang dilakukan pihaknya hanya pembersihan kering saja. Alat yang dibutuhkan juga sederhana, hanya sapu ijuk/lidi dan solet yang boleh digunakan. Namun bila kita melihat Museum Mpu Tantular, perawatan patung makara yang berusia ratusan tahun menggunakan pembersihan basah yakni menggunakan cairan minyak atsiri atau sereh wangi yang dioleskan pada permukaan koleksi. Setelah dioles cairan, biasanya batu akan ditutup dengan plastik selama 24 jam. Anda bisa melihat bagaimana proses konservasi di Candi Lumbung yang juga bagian dari Candi Prambanan melalui link Youtube berikut ini (lihat video).

Untuk batuan yang sudah berusia ratusan bahkan mungkin ribuan tahun memiliki perlakuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung beberapa faktor seperti kelembaban maupun kondisi batu itu sendiri. Indonesia adalah negara dengan tingkat kelembaban cukup tinggi sehingga mikroorganisme subur, seperti lumut dan lichen.

Meskipun ketersediaannya cukup banyak di alam, kondisi ini menyebabkan banyaknya praktik tambang di sekitar sungai, danau atau laut yang illegal. Seiring dengan permintaan pasar yang terus tinggi, penambang mencari hasil bumi ini tanpa mengindahkan dampak lingkungan. Tentu saja, ke depan hal ini perlu diperhatikan dan diawasi secara maksimal demi keberlanjutan.

Share to: