Mengunjungi Telogo Muncar : Tempat Mandi Bangsawan

Diselimuti pepohonan hijau besar yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Menjemput suara gemericik air yang terjun bebas setinggi 40 meter menuju kolam, siapa yang tak segera ingin melihatnya? Bakpiaku kali ini akan mengunjungi Telogo Muncar, berbekal bakpia, air minum, dan sandal gunung.

Berangkat dari Godean, perjalanan menuju air terjun ini kurang lebih 50 menit dengan kondisi jalanan yang normal dan sesekali terhambat karena ada kendaraan lain yang berhenti di depan. Retribusi menuju kawasan Kaliurang bagi wisatawan dipatok Rp4.000 saja per orangnya.

Ada Siasat di Gerbang Kaliurang

Beberapa orang yang berpura-pura kenal dengan warga lokal dan tak berpenampilan seperti turis bisa saja menyebut nama serta alamat agar lolos dari gerbang tiket tanpa membayar retribusi. Tapi, tentu petugas setempat juga sudah hafal betul mana yang benar dan yang bohong, dari penampilannya? Hmm.. Beberapa di antaranya bisa memberikan pertanyaan lain seperti nama jalan atau tebak-tebakan lain. Praktik di atas biasanya dilakukan anak muda, tentu Anda bukan bagian darinya bukan?

Monyet dan Tiket Masuk Telogo Muncar

Tak jauh dari gerbang tersebut, Bakpiaku sampai di lokasi. Membayar Rp.3.000 untuk parkir dan tiket masuk sebesar Rp.5.000, tambahan lagi Rp.2.000 untuk asuransi selama berkunjung ke Telogo Muncar. Sebenarnya, sebelum sampai ke bagian tiket Telogo Muncar, Bakpiaku sudah melihat banyak kawanan monyet liar yang memang tinggal di kawasan tersebut berlari-lari. Pikir Bakpiaku, selama berjalan monyet-monyet ini tak seperti di Bali yang akan merebut ponsel atau kacamata Anda untuk ditukar dengan buah.

Pintu tiket Telogo Muncar

Namun, ternyata kawanan monyet bisa saja sama. Sebelum ada kehilangan akibat monyet, Bakpiaku sudah menjaga semua barang bawaan agar tak menarik perhatian.

“Mbaaak!! Hati-hati, monyet di sini nakal. Pokoknya kalau ada kresek atau plastik mesti diambil. Mau isinya sandal pun, mereka suka rebut plastik, hati-hati ya mba!” pesan salah seorang penjual jadah tempe persis di depan pintu tiket masuk Telogo Muncar. Sebelum salah seorang ibu memberi Bakpiaku peringatan, di depan mata sudah ada ibu-ibu penjual buah yang juga kecolongan dari monyet-monyet yang mencuri buah salak miliknya. Bakpiaku hanya tertawa, sembari mengucapkan terima kasih sudah diingatkan.

Bagi Anda yang akan ke sini, jangan pernah memberikan makanan apapun kepada kawanan monyet. Selain hal ini merubah kebiasaan monyet, dalam jangka panjang mungkin saja kawanan ini akan meresahkan wisatawan lain. Sebaliknya, biarkan saja mereka tetap hidup berdampingan dengan alam yang masih terjaga di sekitarnya.

Untuk Anda ketahui, mengapa banyak monyet liar di sini karena kawasan ini adalah bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi yang memiliki bentang alam berupa kawasan hutan. Tentu saja menjadi habitat beberapa satwa seperti tupai, burung, serangga, dan masih banyak lagi. Jadi, Anda tak perlu khawatir untuk datang ke sini, bersikap tenang dan tak mengganggu adalah langkah praktis yang bisa dilakukan seperti Bakpiaku saat berwisata.

Monyet di sekitar Telogo Muncar

Jalan Setapak Menuju Pemandian Bangsawan Keraton

Setelah membayar tiket masuk, kami perlu berjalan sekitar 200 meter dari pintu atau jika dihitung dalam durasi hanya 5 menit. Dalam bayangan sebelumnya, jalur yang dilalui adalah jalan setapak yang sulit. Ternyata, dugaan Bakpiaku salah, wisata ini terhitung terawat dan sudah tersedia jalan yang dibangun dari batu-batu alam.

Sesampainya di air terjun, Bakpiaku datang untuk menikmati air yang terjun dari atas. Segarnya air seperti membayangkan cerita Jaka Tarub dan 7 bidadari yang turun ke bumi. Di bagian bawah air terjun, terdapat lokasi duduk yang cantik dan nyaman disinggahi ditemani patung monyet untuk berfoto hingga kolam kecil dengan ikan berwarna putih di dalamnya. Bakpiaku singgah sebentar untuk menikmati bakpia dan air mineral yang sudah dibawa sembari melihat ikan berenang.

Dulunya, tempat ini merupakan tempat pemandian pada bangsawan keraton dan airnya digunakan untuk memandikan beberapa pusaka atau keris pada hari-hari tertentu. Tapi tenang saja, meskipun begitu titik ini indah untuk dikunjungi. Namun, perlu diingat bila Anda ke sini setelah hujan deras karena tentu debit air akan tinggi sehingga dihimbau untuk tak terlalu dekat dengan air terjun.

Telogo Muncar saat musim kemarau

Bagi Anda yang ingin mencari fasilitas lain seperti toilet, musala, kedai makanan, semua tersedia dengan baik di sini. Perhatikan kembali barang bawaan Anda khususnya sampah untuk dibuang pada tempatnya serta tidak ditinggal sembarangan di sekitar Telogo Muncar. Mulai menjadikan lingkungan sebagai subjek dalam berwisata, bukan objek semata, setuju? Selamat berkunjung!

Share to: