Telusuri Pemukiman Between Two Gates, Kotagede Yogyakarta

Susur sungai? Sudah biasa. Susur pemukiman? Hmm, sebenarnya tulisan ini bukan untuk mengajak Anda live in bersama penduduk di suatu tempat. Namun, sepertinya pemukiman yang satu ini akan berbeda, membuka mata kita sejenak terlebih melihat sejarah dan budaya dengan lebih luas. Tempat ini dinamakan Between Two Gates, yang artinya di antara dua gerbang.

Walau namanya disebut dalam bahasa Inggris, Bakpiaku tak sedang membahas bangunan atau gang di Eropa, melainkan di Kotagede, Yogyakarta. Sebenarnya kata tersebut menggambarkan bentuk sistem tata lingkungan kampung, tepatnya di Kalurahan Purbayan. Di tembok masuknya, tercantum tulisan bahwa pemukiman ini sudah ada sejak 1840. Kira-kira, di tahun tersebut Anda sudah berusia berapa tahun?

Terletak di Jl. Masjid Besar No.905, Purbayan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta (Lihat Google Maps). Dulunya, tempat ini merupakan Alun-alun Kotagede dan setiap rumah yang berdiri saling berhadapan ke arah Utara dan Selatan.

Dua Rentang Tangan

Saat pertama kali memasukinya, tentu Bakpiaku merasa heran “rumah sedekat ini, bagaimana kalau salah satu tetangga punya hajat dan tamu ramai ya?” atau tebakan spontan setelah melihat teras rumah yang dibangun luas, seperti “pasti warga sekitar suka kumpul-kumpul di depan rumah satu sama lain ya?”. Ya bayangkan saja, jarak antara rumah Anda hanya berjarak mungkin sekitar 2 rentang tangan orang dewasa, bahkan beberapa kurang dari ukuran tersebut.

Bila di perkotaan, tentu hal ini bisa memicu perdebatan besar bila aktivitas Anda atau tetangga dirasa menggunakan bagian halaman rumah pribadi, bukan? Namun, di Kalurahan Purbayan, Kotagede hal tersebut tak berlaku. Meskipun sudah berganti generasi yang menempati, prinsip dan nilai-nilai yang diwariskan tetap dijalankan sehingga kerukunan terus dirasakan.

Rumah-rumah yang berdiri merupakan bangunan Joglo atau rumah tradisional dari Jawa Tengah dan Jogja. Kurang lebih, 1 rumah memiliki luas rata-rata 500 meter. Seperti tebakan spontan sebelumnya, ternyata teras luas yang dibangun di depan rumah memang berfungsi sebagai tempat berkumpul maupun cara untuk bersosialisasi dengan tetangga seluas-luasnya. Kemudian, pertanyaan apakah sesama penduduk nyaman dengan jarak rumah sedekat ini, menemukan jawaban.

Pemukiman dan bangunan Between Two Gates. Sumber : Google Maps/Widiya Ambara

Tradisi Unggah-Ungguh

Sudah menjadi kebiasaan dan perilaku sehari-hari bahwa tinggal di Jogja selalu mendahulukan unggah-ungguh sebagai bentuk kesopanan. Tentu saja hal ini diterapkan setiap hari, dan sesama penduduk, mereka akan memperhatikan tetangga sekitar dengan baik. Contoh yang kerap dilakukan adalah mematikan mesin kendaraan, khususnya jika dirasa bahwa suara knalpot dan motor yang bising didengar. Dengan kebiasaan tersebut, menekan konflik antar tetangga dan warga bukan? Patut ditiru!

Sehari-harinya, kondisi di gang-gang atau jalan pemukiman ini sebenarnya tidak terlalu ramai, untuk itu bila Anda ingin berjalan-jalan ke sini mohon untuk tidak membuat suara berisik, terlebih yang menganggu. Tentu saja hal ini menjadi bentuk menghargai pemilik rumah serta mengaplikasikan budaya Jawa selama berkeliling.

Salah satu kegiatan di sekitar Between Two Gates

Lokasi ini kerap dijadikan titik untuk swafoto, membuat konten, hingga penelitian terkait arsitektur dari rumah-rumah yang sudah berdiri sejak 184 tahun silam. Anda juga dipersilakan melakukan kegiatan serupa dengan catatan tidak menganggu penduduk sekitar. Lalu, temukan makna besar dari gerbang dan jalan kecil yang sudah Anda lalui, Kotagede penuh dengan cerita!

Share to: