Topeng Kayu Mugimin Dari Gunungkidul

Merekam Topeng Dari Dekat

Bakpiaku.com – Siapa yang senang bermain topeng saat masa kecil? Bila biasanya yang kita sering temui adalah mainan berbahan plastik dan karet, kini kita dalami topeng yang terbuat dari kayu. Produk kayu ini adalah bagian dari seni kerajinan, spesifiknya kriya. Berdasarkan sejarah, topeng di Yogyakarta sendiri dibuat pertama kali di tahun 1920. Bakpiaku merekam bagaimana Pak Mugimin (52) tetap berkomitmen mempertahankan profesinya sebagai pengrajin topeng serta perjalanannya hingga saat ini.

Lahir di Yogyakarta, kemampuan membuat kerajinan kayu ini tidak serta merta langsung ia kuasai. Pria yang sehari-harinya juga merawat ternak unggas menjelaskan bahwa ia kerap dimarahi oleh Sang Ayah. Dirinya mengenang bagaimana masa kecilnya nekat untuk belajar mengukir kayu.

Sering dilarang karena dirasa membuang-buang kayu jika hasilnya jelek, Mugimin kecil tetap nekat untuk mendalaminya pelan-pelan. Selain kayu, alat lain yang digunakan adalah pisau ukir. Benda ini sangat tajam, sehingga memang dapat dimaklumi alasan mengapa dirinya dicegah untuk membuat topeng saat itu.

Sosok dengan karakteristik wajah khas suku Jawa ini merasa bahwa seni adalah bagian dalam dirinya. Dengan seni, ia bisa mengekspresikan imajinasinya dan menjalankan kebebasan. Bidang tersebut menuntun pikiran dan tujuannya pada capaian yang sederhana namun luar biasa.

Topeng Kayu Akan Langka?

“Saat ini di Yogyakarta, selain Gunungkidul terdapat Bantul yang menjadi produsen topeng. Tapi di Bantul hanya tersisa dua pengrajin saja” ujar Pak Mugimin. Hal ini terjadi sebab di jaman dulu pembuatan topeng itu bersifat tertutup. Bukan karena persaingan ekonomi, namun memang dilandasi alasan kesakralan dan magis dari sebuah topeng. Ditambah saat ini memang, tidak banyak anak muda yang berminat meneruskan profesi sebagai “Tukang ukir topeng”.

Dirinya menyatakan terus bertahan dengan melanjutkan kecintaannya pada kesenian. Walau sempat padam dan sama sekali tidak memiliki pasar kala pandemi melanda, dirinya kini berusaha bangkit untuk mengembangkan usahanya. “Manusia harus terus belajar” mengingatkan Pak Mugimin untuk mau berinovasi, seperti mempelajari pola atau topeng kontemporer di luar pakem klasik. Contohnya topeng bentuk kucing, tokoh kartun, dan lain sebagainya.

Sebagai Generasi Muda

Berangkat dari pengalaman beliau, kita semua sebagai generasi muda harus mengadopsi nilai-nilai dan pesan hidup yang sangat bermakna. Seperti keinginan untuk terus mengembangkan diri, dan tetap tekun untuk mencapai tujuan. Tidak apa memulainya dengan perlahan, selama dijalani dengan penuh keyakinan. Oh iya, kalau Anda berminat untuk berkontak langsung dengan beliau, singgah saja ke lokasinya di Patuk, Gunungkidul.

Share to: