Berkelana di Kota Pelajar

Menjelang tahun ajaran baru, beberapa selebaran hingga spanduk yang dipasang besar di papan reklame. Mungkin tak lagi berupa produk makanan atau merek terkenal, melainkan dibukanya jurusan atau penerimaan mahasiswa baru. Sebagai Kota Pelajar, jumlah sekolah dan perguruan tinggi bahkan berjarak tak terlalu jauh satu sama lain.

Bakpiaku paham, menginjakkan kaki bagi mahasiswa perantau yang memiliki misi dan proses mencari visi hidup baru di kota orang adalah hal menantang. Meski begitu, saat datang pertama kali, tekanan sosial dan kehidupan yang cukup tenang, teratur, serta kesederhanaan di mana-mana membuat siapapun yang merantau bernapas lega.

Senang, bebas, dan keseruan cara mempelajari sesuatu di Jogja

“Waktu aku pertama kali sampai ke bandara, awalnya belum kelihatan sih apa bedanya Jogja sama Siborong-borong. Tapi, gak lama aku nemu bedanya. Gak ada suara klakson di lampu merah sama sekali!” Anjel, salah satu alumni yang sempat mengenyam pendidikan di MMTC Yogyakarta itu tiba-tiba berwajah serius. Bahkan, lebih dari 3 minggu sebelum terbang, perempuan berambut ikal tersebut mengisi hari-harinya dengan mencari informasi apapun tentang Jogja.

Kedatangan banyak mahasiswa atau siswa tak lain adalah menimba ilmu. Meskipun begitu, proses belajar harus seimbang dengan perasaan yang senang, bebas, dan keseruan cara mempelajari sesuatu. Di Jogja, belajar sejarah tak wajib melalui buku. Datangi saja situs-situs sejarah, seperti Tamansari, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, atau museum yang tersebar hingga lebih dari 42 banyaknya.

Selanjutnya Bakpiaku berkenalan dengan Irfan, salah satu videografer yang sempat berkuliah di Universitas Amikom Yogyakarta. Ia bercerita mengenai obsesinya belajar sejarah dengan langsung merencanakan keliling dan bermain sebelum masa perkuliahan tiba. “Pokoknya, begitu aku sampai di Jogja aku ke tempat-tempat bersejarah. Udah keliling ke banyak candi, karena aku suka belajar sejarah”.

Masa krisis keuangan di tanggal tua

Hal lucu yang juga menjadi rahasia umum saat mahasiswa mengalami masa krisis keuangan di tanggal tua atau belum mendapat kiriman dari kampung halaman adalah mencari poster penyelamat. Informasi seminar umum yang kerap ramai kala bulan, kemungkinan menunjukkan tanggal di atas 20, saatnya berhemat. Banyak di antara mereka menyimak paparan materi untuk mencari nasi kotak atau prasmanan hotel gratis.

“Dari kampus mana mas/mbak?” pertanyaan yang kerap muncul dan cepat saja terlintas. Entah untuk membuka topik, menunggu antrian kegiatan seminar, atau berada dalam satu ruangan dan tak ada obrolan, maka kalimat itu yang spontan ditanyakan.

Baca juga: Angkringan : Sejarah Ruang Publik Sederhana di Jogja

Selain mendapat benefit berupa konsumsi dan sertifikat, ternyata kondisi “mepet” ini membawa banyak tambahan lain seperti calon relasi yang berkumpul di satu tempat. Tak sedikit yang melanjutkan isi seminar dengan diskusi sesama peserta. Akhirnya, semakin banyak informasi bahkan pengetahuan mengenai akademik yang diperoleh berawal dari berbagi cerita. Di kondisi seperti itu, tak hanya mengasah kemampuan bersosialisasi saja, melainkan bisa melatih kemampuan berkomunikasi, tata krama, bahkan menebak kepribadian orang sekali berbincang.

Tokoh besar Ki Hajar Dewantara

Menjadi penduduk Yogyakarta sementara atau selamanya jika kamu ingin, nyatanya tetap ampuh untuk bisa menciptakan pribadi dan karakter individu berkualitas. Banyak tokoh besar lahir maupun mengenyam pendidikan di Kota Istimewa ini, salah satunya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta, adalah pancer bagi banyak bidang pengetahuan, khususnya budaya dan tradisi. Salah satu hal yang patut dibanggakan, dan perlu terus kita ruwat demi keberlangsungan dan kejayaan pendidikan.

Bapak Pendidikan : Ki Hajar Dewantara

Tak terasa 4 tahun berlalu, kini gelar sudah didapatkan dan tersemat di nama berkat sebuah perjuangan. Seringnya, mahasiswa yang datang dengan tujuan menimba ilmu kini sudah di tahap mencari sesuap nasi. Perihal potensi, akses, hingga fasilitas yang kaya tersedia di Jogja selalu terbuka untuk siapa pun yang haus akan kemajuan dan meningkatkan intelektualitas

Share to: