Gastronomi Dalam Keraton Yogyakarta

Bakpiaku.com – Gastronomi merupakan serapan bahasa dari Yunani Kuno, berasal dari dua kata yakni gaster dan nomos. Gaster artinya perut, sedangkan nomos berarti hukum yang mengatur. Jika dirangkum dari gabungan kata tersebut, maka dapat diartikan bahwa gastronomi adalah hukum atau seni yang mengatur perut. Di dalamnya terdapat beberapa cakupan, diantaranya adalah budaya, sejarah, landskap geografi, dan metode memasak.

Abad Ke-19 : Kolonialisme

Istilah upaboga sudah populer sejak dulu sebelum muncul istilah gastronomi. Kalau gastronomi berasal dari Yunani, upaboga berasal dari Sansekerta. Upaboga dari bhoga atau bhogi yang artinya hal makan, makanan, kenikmatan. Sebenarnya, seni olah, saji, dan menyantap makanan sudah ada sejak jaman dulu di Nusantara. Namun, sayangnya tidak banyak bukti kuat yang mengabadikan bagaimana upaboga menyebar dan seperti apa prosesnya secara lengkap.

Lebih spesifik, gastronomi yang ada di Keraton Yogyakarta mengadopsi pengaruh dari bangsa penjajah di abad ke-19. Seperti misalnya makanan salad Jawa, gudeg empal, hingga brongkos ayam. Bahan utama yang disebutkan pada menu tersebut adalah hasil pendudukan Belanda, di mana bangsa tersebut gemar mengonsumsi daging.

Fakta lainnya adalah bahwa makanan-makanan tersebut merupakan hidangan yang disukai raja. Misalnya daging lombok kethok, rasa masakan ini gurih dan sedikit manis, jika Anda pernah mencoba oseng daging, rasanya akan familiar. Bedanya, makanan ini terasa sedikit pedas karena ada potongan cabai di dalamnya.

gastronomi
Daging Lombok Kethok

Kuliner vs Gastronomi

Banyaknya jenis kuliner yang menjadi kekayaan lokal dan bentuk keragaman pangan terkadang membuat kita mengira bahwa kuliner sama dengan gastronomi. Bila berkuliner atau kegiatan mencoba ragam makanan adalah untuk menjelajah rasa, gastronomi menggalinya dengan lebih dalam.

Seperti mendekatkan mata pada lensa atau teropong, gastronomi memuat sentuhan kedekatan di kehidupan sehari-hari. Contohnya saja, bila kita mencicipi suatu jenis makanan dari daerah tertentu, kita akan dapat mengenali bahan masakan yang digunakan, kebiasaan masyarakat sekitar, seperti apa lingkungannya, hingga adat atau tradisi yang umum dilakukan di dalamnya. Banyaknya makanan yang terhidang di meja makan dalam gastronomi tidak hanya semata-mata nikmat disantap dan membuat perut kenyang.

Lebih dari itu, isi piring memiliki simbol dan makna yang khidmat tentang sejarah hingga sosial budaya. Tidak hanya kuliner khusus raja, makanan rakyat pun memiliki definisi yang lekat.

Makanan Kerajaan Bisa Kita Coba

Seiring perkembangan jaman, makanan raja tidak lagi ekslusif untuk masyarakat. Kini, kita bisa mencicipinya di berbagai restoran atau tempat makan khusus yang menyajikan masakan khas Keraton Yogyakarta. Apakah kamu sudah merasakan salah satu hidangan raja saat berkunjung ke Jogja? Jika ingin mencoba memasaknya sendiri, terdapat beberapa referensi buku resep contohnya Warisan Kuliner Keraton Yogyakarta. Rasakan pengalaman mengesankan bersantap bersama hidangan khas mewah di masanya. Selamat mencoba!

Share to: